Total Tayangan Halaman

Selasa, 18 September 2012

Sejarah Linguistik


LINGUISTIK
A.    Sejarah Singkat Latarbelakang Pertumbuhan dan Perkembangan Linguistik Umum.
Ditemukan banyak pendapat para ahli dalam mengklasifikasikan periodisasi sejarah pertumbuhan dan perkembangan linguistik, diantaranya pendapat Abdul Chaer yang membagi periodisasi sejarah perkembangan dan pertumbuhan linguistik kepada:
1.      Zaman Yunani.
2.      Zaman Romawi.
3.      Zaman Pertengahan.
4.      Zaman Renaisans.
Sedangkan menurut Syaf Sulaiman sebangaimana dikutip oleh Manseor Pateda membagi perkembangan linguistik kepada enam periode, yakni:
1.      Periode permulaan.
2.      Periode perkembangan awal.
3.      Periode perkembangan lanjut.
4.      Periode pembaharuan awal.
5.      Periode pembaharuan lanjut.
6.      Periode pembaharuan mutakhir.
Namun Mansoer Pateda memperinci dari Pendapat Syaf Sulaiman tersebut kepada tiga periode, yakni periode awal, perkembangan, dan pembaharuan.
Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa sejarah perkembangan linguistik dibagi kepada tiga tahapan, yaitu:
1.      Tahapan tata bahasa.
2.      Munculnya filologi.
3.      Perbandingan antara berbagai bahasa.
Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah periodisasi perkembangan linguistik yang dikemukakan oleh Abdul Chaer.
  1. Zaman Yunani.
Studi bahasa pada zaman Yunani dimulai sejak abad ke-5 SM sampai abad ke-2 M. Masalah kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah:
a.    Pertentangan antara fisis dan nomos.
Para filsuf Yunani mempertanyakan apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat konvensi (nomos). Bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal-usul, sumber yang abadi dan tidak dapat diganti oleh manusia. Setiap kata mempunyai makna secara alami misalnya kata-kata yang disebut onomatope, atau kata yang terbentuk berdasarkan peniruan bunyi.
Di antara tokoh-tokoh yang terlibat dalam persoalan ini, antara lain: Socrates (460-399 SM). Ia berpendapat bahwa antara lambang dan acuan memiliki hubugan yang pasti. Di sisi lain, Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa hubungan antara lambang dan acuan hanya bersifat konvensional.

b.    Pertentangan antara analogi dan anomali.
Pertentangan antara analogi dan anomali menyangkut masalah apakah bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Kaum analogi antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa bahasa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa. Jika tidak teratur yang dapat disusun tentu hanya idiom-idiom saja. Keteraturan bahasa itu tampak, misalnya, dalam pembentukan jamak dalam bahasa arab:
مسلم                                 مسلمان                                      مسلمون
معلم                                  معلمان                                        معلمون
Sementara kelompok anomali berpendapat bahasa itu tidak beraturan. Kalau bahasa itu teratur, Misalnya dalam bahasa Arab, kenapa jamak dari كتاب adalah كتب tidak كتابون seperti kata مؤمن yang jamaknya مؤمنون . Dalam bahasa Inggris kenapa bentuk jamak dari child adalah children, bukannya childs. Ini menunjukkan bahasa itu tidak teratur.

2.      Zaman Romawi.
Studi bahasa pada zaman Romawi merupakan kelanjutan dari zaman Yunani. Orang-orang Romawi banyak mendapat pengalaman dari kemajuan Yunani sebelumnya. Tokoh-tokoh terkenal pada zaman Romawi antara lain adalah (1) Varro (116-27 SM) dengan karyanya De Lingua Latina dan (2) Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.
a.    Varro (116-27 SM)
Dalam bukunya De Lingua Latina yang jumlahnya mencapai 25 jilid, Varro menyinggung beberapa hal; di antara-nya pertentangan antara analogi dan anomali, etimologi, morfologi dan sintaksis.
b.    Priscia.
Dalam bukunya Institutiones Grammaticae yang jumlah-nya mencapai 18 jilid membahas beberapa persoalan yang menyangkut bahasa Priscia, yaitu fonologi, morfologi dan sintaksis. Priscia kemudian dikenal sebagai peletak dasar tata bahasa Priscia.
Menurut Pateda, pada masa Romawi, berkembang pula kebudayaan Yunani yang disebut dengan hellenisme. Yaitu dimana ilmu pengetahuan disoroti berdasarkan ajaran stoa. Ada tiga hal utama yang menonjol pada kelompok stoa, yaitu: (1) pembedaan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara gramatikal; (b) usaha menciptakan istilah teknis yang berhubungan dengan bahasa; (c) pembedaan antara kaum Stoik dan penganut Aristoteles.

3.      Zaman Pertengahan.
Ciri utama masa ini ialah peranan utama yang dipegang oleh sistem pendidikan latin. Syarat utama mendapatkan penghargaan yakni kemahiran seseorang dalam bahasa Latin, sebab bahasa Latin dianggap sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan.
Pada masa pertengahan ada dua hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan perkembangan linguistik, kedua hal ini adalah munculnya kaum Modistae dan tata bahasa spekulatif.  Kaum Modistae masih juga membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos, dan pertentangan antara analogi dan anomali, mereka menerima konsep analogi, karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan bersifat universal, disamping itu mereka juga secara penuh memperhatikan semantik sebagai dasar penyebutan definisi-definisi dan bentuk-bentuk bahasa, mereka juga mencari sumber makna, maka dengan demikian berkembanglah bidang etimologi pada zaman itu.
Tata bahasa spekulativa merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke dalam filsafat skolastik. Menurut tata bahasa spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk, kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas, dan sebagainya.

  1. Zaman Renaissans.
Kata renaissans atau renaissance berhubungan dengan kata renaitre yang bermakna lahir kembali. Renaissans adalah masa kehidupan kembali usaha mempelajari zaman kuno (Yunani dan Romawi), baik mengenai keseniannya, filsafat, sastra yang lahir pada abad 16 dan 17.
Zaman renaissans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal yang menonjol, yaitu:
1.      Para sarjana pada masa ini selain menguasai bahasa Latin, mereka juga menguasai bahasa Yunani, Ibrani, dan bahasa Arab.
2.      Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam pembahasan, penyusunan tata bahasa, serta perbandingan.
Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak dipelajari orang pada akhir abad pertengahan. Kedua bahasa itu diakui resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Beberapa buku tata bahasa Ibrani telah ditulis pada masa renaissans itu, antara lain oleh Roger Bacon, Reuchlin, dan N. Clenard, buku tata bahasa yang ditulis oleh Reuchlin berjudul De Rudimentis Hebraicis. Menurut Reuchlin kata  dalam bahasa Ibrani ada tiga macam; nomen, verbum dan partikel. Klasifikasi ini mirip dengan klasifikasi kata dalam bahasa Arab, yaitu isim, fi’il dan hurf. Kemiripan ini diduga karena bahasa Arab dan Ibrani adalah satu rumpun yang sama.
Selain bahasa Ibrani dan bahasa Arab, bahasa-bahasa di luar Eropa, mendapat perhatian dalam studi bahasa karena kegiatan para misionaris ke luar negeri yang jauh dari Eropa, harus melibatkan mereka dengan bahasa-bahasa tersebut. Oleh karena itu muncullah beberapa tulisan tentang bahasa-bahasa di luar Eropa, seperti di Indonesia, Malaysia, Jepang dan daerah-daerah lainnya.

  1. Linguistik Zaman Modern
Setelah masa renaisans berlalu, muncul babak baru dalam perjalanan sejarah perkembangan linguistik, yaitu munculnya tokoh Linguis berkebangsaan Swiss, yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913). Ferdinand de Saussure di anggap sebagai Bapak Linguistik Modern berdasarkan pandangan-pandangannya yang dimuat di dalam karyanya yang berjudul Course de Linguistique Generale. Beberapa pandangan modern dimaksud adalah (1) telaah singkronik dan diakronik; (2) perbedaan Langue dan parol; (3) perbedaan signifiant dan signifi, dan (4) hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Sebagai suatu disiplin ilmu, linguisitik mulai dipelajari secara akademis baru sejak awal abad ke-20. Di Inggris misalnya, baru mulai pada tahun 1960-an, di Amerika sudah lebih dahulu, tapi waktu itu masih terbatas pada tingkatan pos doktoral saja. Sekalipun linguistik semakin mendapat tempat di dunia perguruan tinggi, namun diakui bahwa perkem-bangannya tidak secepat ilmu ekonomi dan kesehatan.

B.     Sejarah Singkat Latarbelakang Pertumbuhan dan Perkembangan Linguistik Arab.
Setelah sebelumnya dipaparkan secara singkat sejarah pertumbuhan dan perkembangan linguistik secara umum, berikut ini akan disinggung pula sejarah singkat linguistik Arab secara khusus.
Perhatian terhadap linguistik Arab muncul pada awal perkembangan Islam. Perkembangan bahasa Arab erat artinya dengan perkembangan ilmu nahwu (Sintaksis),  Yaitu:
علم بأصول يعرف بها أحوال أواخر الكلم إعرابا و بناء  
Ilmu dengan dasar-dasar yang diketahui dengannya keadaan akhir kalam dari segi i’rab atau Binanya.  
Terdapat perbedaan pendapat para sejarawan bahasa Arab dalam menentukan orang pertama menemukan ilmu nahwu.
a.           Ada yang berpendapat orang pertama yang menemukan ilmu bahasa Arab dan yang meletakkan dasar-dasar gramatikalnya adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thâlib, yaitu Ibnu An-Nadim, Ibnu ‘Asakir, Ibnu Al-Anbary, dan Al-Qufty.
b.            Ada yang berpendapat bahwa orang pertama yang menemukan ilmu nahwu dan orang yang mula-mula membuat titik pada mushaf al-qur’an adalah Zhalim bin ‘Amr bin Zhalim Abu Al-Aswad Al-Duâli Al-Kufy (w. 69 H.) akan tetapi ia dilahirkan dan besar di Bashra. Antara lain adalah riwayat Abu At-Thayyib Al-Lughawy, Az-Zubaidy, Yaqut, Ibnu Khaldun, akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang sebab yang melatar belakangi Abu Al-Aswad Ad-Duali untuk membuat kaidah ilmu nahwu. Salah satunya, yaitu Abu Al-Aswad Ad-Duali mendengar seorang laki-laki membaca Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 3:
أن الله برئ من المشركين ورسولِه
Dengan mengkasrohkan huruf  ل” yang seharusnya fathah, maka beliau membuat bab Al-‘Athaf.
Namun demikian, menurut Muhammad al-Thantawi, Ali Bin Abi Thaliblah orang pertama yang memberikan perhatian terhadap munculnya ilmu nahwu. Karena semua riwayat yang menjelaskan tentang hal ini selalu di isnad-kan kepada Abu al-Aswad Al-Duâli, sementara Abu al-Aswad Al-Duâli selalu merujuk kepada Ali Bin Abi Thâlib.
Periodisasi pertumbuhan dan perkembangan ‘ilmu nahwu dibagai kepada empat periode, yaitu:

1.         Periode pembentukan.
Para sejarawan bahasa Arab tidak berbeda pendapat, bahwa ilmu nahwu lahir di kota Bashrah, yang sekarang kita kenal dengan Negara Irak. Periode pertumbuhan ini terhitung setelah masa Abu al-Aswad al-Duâli sampai masa Khalil bin Ahmad Al-Farahidy (w. 175 H). Di antara para linguis Arab terkemuka di masa ini adalah Ibn ‘Ashim al-Laitsy (w. 79 H.). Ibn ‘Ashim al-Laitsy adalah orang pertama yang menukar titik sebagai harkat harkat Alquran seperti yang dicetuskan Abu al-Aswad al-Duali dengan baris fathah, dhommah, kasrah dan tanwin seperti yang kita kenal saat ini.
Kemudian disusul oleh Abdullah bin Abi Ishaq (w. 117 H). Isa bin Umar al-Tsaqfy; Abu Umar bin al-‘Ula (80-154 H), dan Yunus bin Habib (94 - 182 H), dan Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidy (100-175 H).
Kajian nahwu pada masa ini terfokus kepada pemakaian qiyas sebagai sumber dalam membentuk qawâid nahwu, khususnya masalah akhir kata (i’rab) dalam kalimat.
Di samping itu, Al-Khalil bin Ahmad al-Farhûdy menyusun sebuah kamus yang berjudul “Mu’jam al-‘Ain” Sebuah kamus pertama bahasa Arab dengan sistematisasi abjad yang dimulai dengan huruf ‘ain. Oleh sebab itulah, kamus ini disebut dengan Mu’jam al-‘Ain.
Bahkan menurut Chaer, bahwa pertumbuhan linguistik Arab dimulai sejak masa renaisans. Studi bahasa Arab mencapai puncaknya pada abad ke-8 dengan terbit-nya kamus bahasa Arab yang berjudul Kitab al-‘Ain.

2.    Periode pertumbuhan dan perkembangan;
Dikatakan sebagai periode pertumbuhan dan perkembangan, seiring dengan munculnya perhatian para linguis Arab terhadap qawaid bahasa Arab dan lahirnya berbagai karya tentang qawaid nahwu.
Periode ini dimulai sejak akhir masa Khalil bin Ahmad sampai pada masa-masa awal Al-Mazany dan al-Sikkit. Di antara para tokoh nahwu pada masa ini adalah Al-Akhfas al-Akbar (w. 172 H), Sibawaih (w. 180 H) dengan karanganya “al-Kitab”,  al-Yazidy (w. 202 H)l Abu Zaid (w. 215 H), al-Ashma‟y (w. 216 H), al-Akhfash al-Ausath (w. 211 H) dengan karyanya “al-Ausath fî al-Nahwi”, dan Quthrub (w. 206 H) dengan karyanya: al-‘Ilâl Fî Al-Nahwi, dan Al-Istiqâq Fî Al-Tashrîf.

3.    Periode kejayaan;
Disebut sebagai periode kejayaan, karena perhatian dan keseriusan para linguis Arab untuk menulis berbagai judul yang terkait dengan nahwu demikian pesat. Pesatnya kajian nahwu pada periode ini sama dengan pesatnya kajian terhadap ilmu-ilmu lain, seperti filsafat, kedokteran, pendidikan.
Di antara para linguis arab yang terkenal pada periode ini adalah, antara lain: Abu Umar Al-Jaramy (w. 225 H) dengan karyanya Al-Mukhtashar Fi Al-Nahwi dan Kitab Al-Abniyah; Al-Tauzy (238 H); Abu Usman Al-Mazany (w. 249 H); Abu Hâtim Al-Sajastâny (w. 250 H) Al-Riyâsyi (w. 257 H), dan Al-Mubrid (w. 275 H).

4.    Periode reformasi atau reformulasi.
Yang dimaksud dengan reformasi atau reformulasi di sini adalah munculnya pemikiran dan upaya dari para linguis Arab untuk memformat kembali materi nahwu dan pembahasannya supaya lebih mudah dipelajari.
Sebetulnya reformulasi materi nahwu telah muncul pada abad ke-6 H. yang dipelopori oleh Ibn Madha dengan kitabnya Al-Radd ‘Ala Al-Nuhat. Namun pemikiran ini “tenggelam” ditelan masa, dan baru menampakkan diri kembali sekitar akhir abad ke-13 H. atau awal abad 19 M. seiring dengan munculnya nama-nama tokoh linguis Arab antara lain: Rifa‟at al-Thahthawy (1801-1873 M.) dengan karyanya: “Al-Tuhfat Al-Maktabiyat Fî Taqrib Al-Lugat Al-‘Arabiyah”, Ali Jarim dan Musthafa Amin, dengan karyanya: “Al-Nahw Al-Wadhih”.
Demikian sekilas tentang sejarah singkat perjalanan kajian nahwu. Seiring dengan itu, pertumbuhan dan perkembangan linguistik di dunia barat pun demikian pesat. Teori-teori baru pun bermunculan. Dan pada akhirnya linguistik menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri.

C.    Urgensi Mempelajari علم اللغة dan Kaitannya dengan Pembelajaran Bahasa Arab.
Linguistik memberi manfaat langsung kepada mereka yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa, penerjemah, guru-guru bahasa, penyusun buku pelajaran, penyusun kamus, dan profesi lainnya yang ada kaitannya dengan bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Arab.
1.              Bagi guru-guru bahasa Arab.
Bagi setiap guru bahasa Arab, mengetahui secara baik tentang hal-hal yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, fonologi dan fonetik bahasa Arab adalah sangat penting. Karena bagaimana mungkin seorang guru bahasa Arab dapat mengajarkan keterampilan mengucapkan huruf-huruf Arab tanpa menguasai sistem fonologi bahasa Arab. Demikian juga dengan aspek-aspek linguistik lainnya. Maka guru bahasa yang menguasai linguistik Arab dengan baik, akan dapat mengajarkan semua keterampilan berbahasa Arab secara efektif dan efisien.
2.              Penerjemah bahasa Arab
Bagi mereka yang bergelut di bidang penerjemahan bahasa Arab, mengetahui linguistik Arab saja justru belum mencukupi. Bahkan ia harus menguasai sosiolinguistik dan kontrastif bahasa Arab.
3.              Penyusun buku pelajaran bahasa Arab
Pengetahuan linguistik akan memberi tuntutan bagi penyusun buku pelajaran bahasa Arab dalam menyusun kalimat yang tepat, memilih kosa kata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku dimaksud. Buku pelajaran bahasa Arab yang disusun untuk anak-anak MI misalnya tentu pemilihan dan pemakaian mufradat dan topik pembahasannya berbeda dengan buku pelajaran bahasa Arab yang disusun untuk anak-anak MTs dan Madrasah Aliyah, atau bahkan Perguruan Tinggi.
4.              Penyusun kamus berbahasa Arab.
Seperti halnya kamus-kamus bahasa lain, kamus bahasa Arab juga disusun dengan memperhatikan hal-hal berikut; menentukan fonem-fonem bahasa Arab yang akan dikamuskan; menentukan ejaan (هجائية  ) atau grafem fonem-fonem dimaksud; memahami seluk-beluk bentuk dan cara pembentukan kata, menentukan makna kata, seperti makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual dan bahkan latar belakang sosial bahasa tersebut. Sementara semua aspek di atas terdapat dalam kajian linguistik.









1 komentar: